2 Desember 2025
IMG-20251010-WA0057

Surabaya – Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Jawa Timur terus memperkuat upaya peningkatan literasi digital masyarakat sebagai bagian dari strategi mitigasi dan penanggulangan bencana di era digital.

 

Pesan ini disampaikan oleh Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Dinas Kominfo Jatim, Putut Darmawan, mewakili Kepala Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin, dalam kegiatan Cerdas Digital Batch 15 bertema “Pemanfaatan Media Digital untuk Pengurangan Risiko dan Mitigasi Bencana”. Kegiatan ini digelar secara daring melalui Zoom dan diikuti oleh 42 perwakilan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se-Jawa Timur, Jumat (10/10/2025).

 

Dalam sambutannya, Putut mengungkapkan bahwa Jawa Timur tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kejadian bencana terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, terdapat 461 kejadian bencana, melebihi provinsi lain seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jawa Tengah.

 

“Data ini menunjukkan tingginya kerentanan Jawa Timur terhadap berbagai jenis bencana seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Karena itu, kemampuan masyarakat dalam memahami risiko dan memanfaatkan teknologi digital untuk komunikasi kebencanaan sangat penting,” ujarnya.

 

Putut menjelaskan, perluasan akses internet menjadi peluang besar dalam memperkuat sistem mitigasi bencana. Berdasarkan survei APJII tahun 2025, penetrasi internet nasional mencapai 80,66 persen, atau sekitar 229,4 juta jiwa dari total 284 juta penduduk Indonesia.

 

“Internet kini menjadi kebutuhan dasar. Pemanfaatan media digital sangat krusial, baik untuk penyebaran informasi peringatan dini, edukasi publik, maupun koordinasi antar lembaga melalui media sosial dan aplikasi kebencanaan,” tambahnya.

 

Ia menegaskan, literasi digital bukan sekadar kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga kecakapan dalam memilah informasi yang valid, memahami konteks risiko, dan bertindak cepat dalam kondisi darurat.

 

“Kegiatan Cerdas Digital ini kami dorong menjadi ruang kolaborasi antara pemerintah, akademisi, media, komunitas, dan masyarakat dalam memperkuat sistem komunikasi publik di masa krisis,” tegas Putut.

 

 

 

Inovasi Digital sebagai Ujung Tombak Ketahanan Bencana

 

Perkembangan teknologi kini menjadi kunci utama dalam memperkuat sistem komunikasi dan kesiapsiagaan bencana di Indonesia. Berbagai inovasi, mulai dari mesh network, kecerdasan buatan (AI), hingga sistem peringatan dini (EWS) berbasis personal, menjadi bagian penting dari transformasi ketahanan jaringan nasional.

 

Dalam sesi paparan bertajuk “Melampaui Jaringan: Inovasi Teknologi untuk Ketahanan Jaringan”, Damar Eka Wahyu Aprianto menekankan bahwa tantangan terbesar dalam mitigasi digital masih terletak pada kesenjangan akses internet dan lemahnya infrastruktur di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

 

“Saat jaringan utama lumpuh akibat bencana, teknologi seperti mesh network dan internet satelit bisa menjadi solusi komunikasi darurat yang efektif,” jelas Damar.

 

Ia juga menjelaskan bagaimana AI dapat memprediksi kebutuhan logistik dengan menganalisis data cuaca, aktivitas seismik, dan laporan warga di media sosial sebelum bantuan tiba di lokasi terdampak.

 

Sementara itu, Algooth Putranto, dalam paparannya berjudul “Jaringan Darurat: Komunikasi Cepat dan Crowdsourcing saat Krisis”, menyoroti pentingnya peran masyarakat.

“Crowdsourcing menjadi kekuatan utama karena laporan warga dapat mempercepat pembaruan situasi lapangan secara real-time,” katanya.

 

Teknologi lain seperti drone, citra satelit, dan command center digital juga dinilai mampu mempercepat pemetaan wilayah terdampak sekaligus menangkal penyebaran hoaks saat bencana terjadi.

 

Adapun Rudi Sutanto, melalui materi “Digitalisasi Kesiapsiagaan: Dari Peta Risiko hingga Early Warning”, menekankan perlunya edukasi publik berbasis Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR).

“Melalui simulasi digital, masyarakat dapat belajar menghadapi bencana tanpa risiko langsung. Dengan peta geospasial dan notifikasi berbasis lokasi, peringatan dini dapat disesuaikan dengan wilayah terdampak,” ujarnya menutup paparan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *