1 Desember 2025
IMG-20251027-WA0207

HALMAHERA SELATAN, JendelaNewsTv.com — Kondisi infrastruktur di Kecamatan Bacan Barat Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, semakin memprihatinkan. Jalan utama penghubung Babang–Yaba kini nyaris hilang tergerus air sungai, sementara jembatan utama yang menjadi akses vital bagi warga juga dilaporkan terputus total. Akibatnya, jalur transportasi yang menghubungkan sejumlah desa terisolasi dan lumpuh total.

Pemandangan memilukan terlihat di lokasi, di mana badan jalan yang dulunya menjadi urat nadi mobilitas masyarakat kini berubah menjadi tebing curam di tepi sungai. Erosi parah membuat sebagian badan jalan amblas ke sungai, meninggalkan hanya sedikit ruang bagi kendaraan yang nekat melintas. Beberapa mobil dan motor tampak berhenti di tepi jalan, tak berani mengambil risiko melewati jalur yang nyaris tergerus air.

Ketua Tim Bassam-Helmi Kecamatan Bacan Barat Utara, Delfia Nita Sahepea, tak mampu menyembunyikan rasa kecewanya. Ia menilai bahwa kondisi ini bukan sekadar akibat bencana alam, tetapi buah dari kelalaian dan pembiaran pemerintah provinsi Maluku Utara yang selama ini terkesan menutup mata terhadap kondisi infrastruktur di wilayah mereka.

> “Kami sudah berkali-kali menyampaikan laporan dan meminta perhatian, tapi tidak ada tindakan nyata. Jalan ini bukan jalan baru rusak, sudah lama tergerus, tapi tetap dibiarkan. Sekarang akibatnya, akses masyarakat terputus total. Ini bentuk nyata kegagalan pemerintah Provinsi Maluku Utara dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap rakyat,” tegas Delfia Nita Sahepea dengan nada kecewa.

 

Menurut warga setempat, kondisi ini sudah terjadi selama berbulan-bulan. Namun, hingga kini belum ada langkah konkret dari pihak terkait untuk melakukan perbaikan, padahal jalan Babang–Yaba merupakan akses utama yang menghubungkan pusat ekonomi, sekolah, dan fasilitas kesehatan antar desa di Bacan Barat Utara.

“Kalau hujan deras turun, air sungai meluap dan makin menggerus tebing jalan. Kami takut suatu saat ada kendaraan jatuh ke sungai. Tapi apa daya, kami tidak punya jalan alternatif,” keluh salah satu warga Desa Yaba.

Kritik juga disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Maluku Utara, yang dinilai lamban dalam melakukan evaluasi dan intervensi di daerah-daerah rawan bencana infrastruktur. Warga menilai, perhatian pemerintah hanya berpusat di wilayah kota, sementara daerah-daerah terpencil seperti Bacan Barat Utara selalu diabaikan.

> “Kalau pemerintah provinsi serius, mereka pasti bisa segera tangani ini. Tapi nyatanya mereka hanya sibuk dengan proyek besar di kota, sementara jalan kami di sini tinggal menunggu ambruk total,” ujar Delfia Nita Sahepea dengan nada kesal.

 

Situasi ini tidak hanya menghambat aktivitas ekonomi masyarakat, tetapi juga mengancam keselamatan pengguna jalan. Beberapa pengemudi mengaku harus mengambil risiko tinggi melewati jalur sempit di tepi jurang hanya agar bisa mengantarkan kebutuhan pokok ke desa-desa terisolasi.

Warga mendesak agar pemerintah provinsi segera turun tangan, melakukan perbaikan darurat dan membangun kembali jembatan yang rusak. Mereka berharap kejadian ini menjadi perhatian serius dan bukan sekadar dijadikan bahan laporan tanpa tindakan nyata.

> “Kami butuh jalan, bukan janji. Kami butuh jembatan yang bisa dipakai, bukan rencana yang hanya berhenti di atas kertas,” tegas Delfia Nita Sahepea menutup keterangannya.

Kondisi ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah yang selama ini kerap berbicara soal pembangunan berkeadilan dan pemerataan infrastruktur. Nyatanya, di ujung selatan Maluku Utara, masih ada rakyat yang terpaksa berjuang di tengah jalan yang hampir hilang ditelan sungai dan jembatan yang putus tanpa kepastian perbaikan.

Redaksi: Utam Saputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *