1 Desember 2025
IMG_20250915_225346

Oleh : Anak Rantau

Opini, JendelaNewsTV.com – Dalam setiap pernikahan, ada janji suci yang diucapkan antara suami dan istri: janji untuk setia, saling menjaga, dan hidup bersama dalam suka maupun duka. Namun, realitas kehidupan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Kehadiran orang ketiga, yang kini populer disebut “pelakor”, sering kali menjadi badai besar yang menghantam rumah tangga dan menghancurkan kebahagiaan keluarga.

 

Pelakor bukan hanya sekadar pihak ketiga, tetapi ancaman nyata yang mampu menggoyahkan fondasi pernikahan. Ketika seorang wanita rela masuk ke dalam hubungan orang lain, ia tidak hanya merusak ikatan cinta suami-istri, tetapi juga melukai hati seorang istri sah yang telah berjuang membangun rumah tangga dengan pengorbanan besar.

 

Bagi seorang istri, dikhianati bukan hanya soal kehilangan cinta. Lebih dalam dari itu, pengkhianatan suami akibat pelakor meninggalkan luka batin yang sulit disembuhkan. Bayangkan, bagaimana seorang istri yang setiap hari merawat, mendukung, dan berjuang bersama, tiba-tiba dikecewakan dengan pengkhianatan yang begitu menyakitkan.

 

Kehadiran pelakor ibarat racun yang merembes perlahan. Ia masuk dengan rayuan, perhatian, dan godaan yang memanfaatkan kelemahan seorang suami. Bagi suami yang tidak kuat imannya, mudah sekali tergoda dan lupa pada janji pernikahan. Di sinilah, seorang istri sering kali menjadi korban tanpa daya.

 

Lebih menyedihkan lagi, kehadiran pelakor tidak hanya merusak hubungan suami-istri, tetapi juga menghancurkan masa depan anak-anak. Anak-anak menjadi korban dari perselisihan, pertengkaran, bahkan perceraian. Mereka kehilangan sosok ayah yang seharusnya menjadi pelindung, hanya karena sang ayah lebih memilih kebahagiaan semu bersama pelakor.

 

Opini ini bukanlah untuk menuding satu pihak semata. Suami yang memilih mendua juga harus dipertanggungjawabkan atas tindakannya. Namun, pelakor yang sadar dirinya masuk dalam rumah tangga orang lain juga memiliki andil besar dalam kehancuran keluarga. Tanpa kehadiran pelakor, godaan itu tidak akan sebesar ini.

 

Kita harus berani mengatakan bahwa pelakor bukan sekadar “pihak ketiga”, melainkan perusak ikatan suci. Seorang wanita yang menghargai dirinya seharusnya tidak menempatkan diri sebagai orang yang menghancurkan keluarga orang lain. Nilai seorang perempuan sejati ada pada kemampuannya menjaga harga diri, bukan merebut milik orang lain.

 

Oleh karena itu, penting bagi para istri sah untuk terus memperkuat komunikasi dengan suami, menjaga keharmonisan, serta mendekatkan diri pada Tuhan. Namun yang lebih penting, para suami harus sadar bahwa keimanan dan tanggung jawab mereka sebagai kepala rumah tangga tidak boleh goyah oleh godaan sesaat.

 

Pelakor bisa saja hadir, tetapi tidak akan punya tempat jika suami benar-benar setia pada janji pernikahannya. Kesetiaan bukanlah sekadar kata, melainkan pembuktian nyata setiap hari. Dan bagi seorang istri, kesetiaan itu adalah hadiah terindah yang bisa diberikan seorang suami dalam perjalanan panjang rumah tangga.

 

Akhirnya, opini ini ingin mengetuk hati kita semua: hargailah pernikahan, cintailah pasanganmu, dan lindungilah keluargamu. Jangan biarkan pelakor merenggut kebahagiaan yang telah dibangun dengan susah payah. Karena sekali rumah tangga hancur, luka itu bisa meninggalkan bekas seumur hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *